Seseorang
melakukan investasi karena dipicu
oleh kebutuhan akan masa depan,
misalnya untuk biaya ibadah haji dan umrah, beli rumah, mobil, pendidikan anak
dsb. Dalam kitab suci orang muslim pun diajarkan untuk investasi antara lain seperti dalam surat Yusuf & Al Kahfi.
Nabi Yusuf mengajarkan kita untuk konsumsi sedikit & banyak investasinya. "Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. [QS. Yusuf 47]."
Dalam surat Al Kahfi, dikisahkan ada orang soleh dijamanya Nabi Khidhr yang berinvestasi untuk masa depan anak-anaknya sejak usia anak-anaknya masih kecil. Disini dikisahkan orang soleh tsb meninggal ketika anak-anaknya belum dewasa. Namun beliau sudah punya investasi buat anaknya ketika dewasa.
"Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya". [QS. Al Kahfi 82]."
Tapi sayang, banyak di antara kita yang belum memikirkan kebutuhan akan masa depan. Padahal, kalau saja mereka tahu semakin ke depan, biaya hidup seseorang semakin bertambah.
Nabi Yusuf mengajarkan kita untuk konsumsi sedikit & banyak investasinya. "Yusuf berkata: "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan dibulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan. [QS. Yusuf 47]."
Dalam surat Al Kahfi, dikisahkan ada orang soleh dijamanya Nabi Khidhr yang berinvestasi untuk masa depan anak-anaknya sejak usia anak-anaknya masih kecil. Disini dikisahkan orang soleh tsb meninggal ketika anak-anaknya belum dewasa. Namun beliau sudah punya investasi buat anaknya ketika dewasa.
"Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya". [QS. Al Kahfi 82]."
Tapi sayang, banyak di antara kita yang belum memikirkan kebutuhan akan masa depan. Padahal, kalau saja mereka tahu semakin ke depan, biaya hidup seseorang semakin bertambah.
Seseorang yang menyadari bahwa kebutuhan masa depan akan lebih besar, tentu mereka akan menyempatkan diri berhemat dalam
mengelola keuangannya. Mereka jelas
akan melakukan
perencanaan (investasi) guna
memenuhi kebutuhan tersebut.
Selain
kebutuhan akan masa depan, seseorang
melakukan investasi karena dipicu
oleh banyaknya ketidakpastian atau hal yang tidak terduga
dalam hidup ini (keterbatasan
dana, kondisi kesehatan,
musibah, kondisi pasar
investasi) dan laju inflasi yang tinggi. Hampir tiap
tahun gaji naik tapi karena inflasi harga-harga juga naik. Contohnya satu
bungkus mie instan tahun 1997 harganya Rp 250. Sekarang tahun 2016 satu bungkus
mie instan harganya bisa Rp 3.000. Itulah
inflasi, tantangan yang perlu kita
hadapi.
Tapi,
dengan adanya alternatif investasi sperti reksa dana memungkinkan seseorang
bisa memenuhi kebutuhan masa depan, dengan menentukan prioritas kebutuhan,
menetapkan perencanaan yang baik serta implementasi
secara disiplin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar